BEBERAPA MODEL PEMBELAJARAN YANG DAPAT
DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (PAK)
DALAM
KURIKULUM NASIONAL / K.2013 YANG SUDAH
DIREVISI
1.
Model Inkuiri.
Model ini menekankan pada pengembangan
kognitif atau cara berpikir peserta didik. Penekanan kepada peserta didik yang
mencari, menggali dan menjelajahi sendiri, akhirnya menemukan sendiri jawabnya.
Di sini peserta didik dilatih untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan
berpikir, dimana guru lebih berperan sebagai fasilitator yang kreatif. Misalnya
dengan menebak pemikiran pendidik, memberikan dua teka-teki dan memberikan kata
kunci (clue) sampai peserta didik menemukan jawabanya, juga bisa melalui teknik
“kata bergambar” yang bisa dianalisis. Hal ini penting karena banyak aspek dan
konsep-konsep kepercayaan dan ajaran Kristen yang perlu dipikirkan, dipahami,
dan dihayati melalui pengembangan ranah berpikir. Model pembelajaran ini dapat
diterapkan terutama ketika membahas berbagai persoalan yang dihadapi pada masa
kini menyangkut keadilan, kesetaraan, demokrasi dan HAM.
2.
Model perjumpaan dengan Tuhan Allah.
Hal ini sangat penting bagi PAK, terutama
untuk pengembangan iman dan spiritualitas peserta didik. Pada model ini, guru
perlu berperan sebagai seorang seniman yang mampu mendesain model pembelajaran
dengan komprehensif. Model ini perlu beberapa tahapan, yakni: (a) mendesain
proses belajar-mengajar yang menekankan aspek afektif, (b) menyiapkan
bahan/materi yang dibutuhkan, (c) membuat pedoman pengalaman, (d) memimpin
refleksi atas pengalaman, sehingga peserta didik bisa bertemu dengan Tuhan
Allah. Untuk itu guru perlu mendesain suasana atau lingkungan yang diharapkan
(gelap, terang, gembira); membuat pedoman pengalaman dengan alur dan media yang
sesuai misalnya gambar, alam, lagu, obyek tertentu (lilin, salib, roti, buah
anggur); memberi waktu yang memadai kepada peserta didik untuk berefleksi,
kontemplasi, meditasi atau perenungan. Acara ini juga bisa dikembangkan
misalnya dalam acara refleksi, retreat, rekoleksi, meditasi, saat teduh.
3.
Model Pengembangan Lingkungan.
Di sini guru perlu mengajarkan
bagaimana peserta didik dapat mendesain lingkungan agar tujuan yang baik dapat
diterapkan dan dicapai. Misalnya supaya mampu menerapkan kasih, belajar dengan
baik, membuat lingkungan kondusif yang sehat, bersih dan kristiani. Model ini
dapat diterapkan dan dilakukan secara sendiri atau mandiri, namun tidak jarang
sering harus melibatkan dan menyadarkan orang lain di sekitarnya dalam
pengelolaannya.
4.
Model Aksi-Refleksi Dan Aksi Baru.
Ini adalah usaha untuk menerapkan iman
dalam situasi konkret. Iman dapat dihayati apabila seseorang betul-betul telah
menerapkan dan melakukan apa yang diimani. Untuk model ini perlu ditentukan
masalahnya lebih dahulu, misalnya
masalah pribadi/personal, masalah bersama, atau masalah lingkungan
hidup. Selanjutnya secara berturut-turut perlu konsisten diikuti tahapan sbb: (1)
pengungkapan data atau fakta yang diketahui, (2) analisis data, bisa dilakukan
dengan perspektif personal, sosial, budaya, agama, ekonomi, ideologi, dll., (3)
mencari dan menemukan pengalaman kristiani yang pernah dialami yang berhubungan
dengan masalah yang dibahas, misalnya pengalaman umat Kristen selama ini,
kisah-kisah dalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, etika Kisten, sejarah
gereja, dll. (4) merumuskan masalah, atau rumusan keprihatinan, (5) rencana
aksi baru, yaitu rencana kegiatan nyata untuk memecahkan masalah berdasarkan
rumusan masalah atau keprihatinan iman. Di sini kadang-kadang diperlukan
kepemimpinan dan manajemen/pengelolaan. (6) pelaksanaan aksi baru. Model
aksi-refleksi-aksi baru tersebut sesungguhnya merupakan model sebagaimana suatu
siklus atau spiral, yang dapat diulangi dalam tenggang waktu tertentu.
5.
Ilustratif Dan Naratif.
Mengajar dengan ilustrasi naratif sangat efektif . Ilustrasi
dapat diambil dari cerita dongeng.
Dongeng bisa dipakai dalam proses pembelajaran, khotbah, mengajar
berbagai usia, atau sebagai ilustrasi. Beberapa tahap untuk bercerita atau
mendongeng dengan menarik dapat memakai tahap-tahap: (1) tentukan topik
cerita/dongeng, (2) mencari maksud utama atau nilai kristiani yang akan
dikembangkan, misalnya kasih, kesabaran, pengampunan, (3) mendesain cerita
(pembukaan, isi, penutup), misalnya dengan membuat dua hal atau tokoh yang
saling bertentangan (4) merencanakan pemecahan masalah atau klimaks cerita
dengan dramatis (5) menyimpulkan, (6) membuat evaluasi dengan memberikan
pertanyaan sederhana pada pendengar/peserta didik. (7) berterimakasih pada
pendengar untuk perhatiannya. Beberapa tips mendongeng perlu diadopsi,
misalnya: (a) perkenalkan cerita melalui nyanyian atau gambar, (b) gunakan
suara sesuai tokoh yang diungkapkan misalnya suara tokoh laki-laki, perempuan,
suara orang yang sedang sedih, marah, gembira, (3) bukalah Alkitab bila memakai
referensi Alkitab, (4) pakailah diri anda sebagai media/alat peraga, (5) jangan
layani interupsi sampai dongeng selesai agar konsentrasi pendengar tidak
terpecah, sesudah selesai mendongeng baru layani pertanyaan.
6.
Bermain peran (role-play).
Role-play bertujuan untuk memecahkan
masalah aktual yang sedang dihadapi kelompok/komunitas dengan cara
mengidentifikasikan diri, memahami, berempati, mengambil sikap.Masalah bisa diambil dari hal-hal yang
dihadapi kelompok/komunitas, misalnya kenakalan remaja, mencontek, hamil di
luar nikah, sulit memahami peristiwa penyaliban Tuhan Yesus, perkelahian, bullying di sekolah, dll. Untuk itu
tahapan-tahapan tertentu perlu dilakukan: (a) pemilihan tokoh-tokoh yang akan
melakukan pemeranan; (b) mendeskripsikan sikap, perasaan, tindakan yang harus
diperankan; (c) pemanasan bermain peran (d) bermain peran yang sesungguhnya;
(e) analisis pemeranan, mengenali masalah, sikap, perasaan, emosi, para tokoh;
(f) bermain peran perlu diulang jika para tokoh tidak bermain peran dengan baik
dan sulit dilakukan analisis, sehingga identifikasi perasaan, emosi, sikap,
nilai-nilai yang dipegang tokoh tidak dapat disimpulkan dengan baik; (g)
membandingkan masalah sesungguhnya yang sedang dihadapi dengan permainan peran
yang dilakukan (persamaan dan perbedaan); (h) memecahkan dan mendiskusikan
masalah aktual yang sedang dihadapi komunitas.
7.
Model Pelatihan. Tujuannya melatih peserta didik agar memiliki kemampuan,
keterampilan, wawasan baru dengan dasar iman. Misalnya, wawasan tentang
kesadaran jender, sadar lingkungan, peduli pada sesama, memiliki keterampilan
untuk membaca dan menerapkan Alkitab dalam kehidupan, menolong orang lain,
menjadi aktivis Kristen, mengenali dan membuat simbol-simbol kristiani secara
kreatif. Untuk itu guru perlu melakukan tahap-tahap sebagai berikut: (a)
tentukan pelatihan yang akan dilaksanakan; (b) demonstrasikan di depan peserta
didik cara, atau pelaksanaan, atau membuat obyek tertentu; (c) buatlah
langkah-langkah atau pedoman supaya peserta didik dapat melaksanakan kemampuan
atau keterampilan yang baru; (d) dampingi peserta didik untuk melaksanakan hal
yang ditetapkan sebagaimana yang sudah guru lakukan atau demonstrasikan
sebelumnya; (e) membuat tugas pekerjaan rumah atau tugas mandiri bagi peserta
didik di luar kelas.
SELAMAT
MEMPRAKTEKKAN !